rss

Sabtu, 29 Mei 2010

Layang layang, sendal jepit dan Nasionalisme

Tidak syak lagi bangsa kita mengidap sindrom rendah diri (minderwardegheid complex syndrome).Perasaan ini menghinggapi seluruh lapisan masyarakat, tua muda, besar kecil, laki laki perempuan, di desa di kota. contoh wujud dari perasaan ini misalnya, remaja remaji akan lebih bangga memakai sepatu bally made in Itali dari pada mengenakan sepatu buatan Cibaduyut.Contoh lain memberi label merek produksi dalam negeri dengan istilah yang berbau luar negeri. Ada juga produk lokal yang dicap made in negara tertentu. Wah yang ini kebangetan banget. Ada pengalaman menarik ketika penulis hidup bertetangga dengan komunitas Korea di jakarta. Ketika murid murid SD Korea digembalakan oleh gurunya di perkampungan betawi di kawasan kuningan Setiabudi, mereka menangkapi kupu kupu untuk mengisi insektarium. Sendal jepit yang mereka pakai agak aneh.Tak terlalu sulit untuk mengatakan sendal itu pasti made in korea. Setelah ditanyakan kepada gurunya, penulis sempat geleng geleng kepala seraya berdecak kagum, hebat, hebat . Nasionalisme bukan saja mendarah daging malahan sudah melekat kuat pda sendal jepit. Pengalaman lainnya, ketika anak anak Chun Dwo Hwan (Presiden KORSEL saat itu, ejaannya pas nnggak yah) bermain layangan di jalan jalan komplek Patra Jasa . Layang layang yang mereka mainkan lagi lagi made in Korea Selatan. 'Demikianlah kami membangun nasionalisme dengan melatih murid murid mencintai kami punya barang barang'. Seloroh guru SD Korsel itu.

0 komentar:


Posting Komentar